Cerita
Legenda Putri Junjung Buih di Ketapang berkisah tentang seorang putri yang secara ajaib muncul dari buih sungai dan kemudian diangkat menjadi bagian penting dalam silsilah raja di kawasan Tanjungpura. Kehadiran sang putri dimaknai sebagai tanda bahwa kekuasaan dan kemuliaan seorang pemimpin bukan hanya hasil keturunan, tetapi juga titipan yang harus dijaga dengan amanah dan keadilan. Dalam cerita, putri ini dikaitkan dengan tokoh Prabu Jaya dan jalur kekuasaan kerajaan di sekitar Sungai Pawan, sehingga sungai dipandang bukan sekadar jalur transportasi dan sumber penghidupan, melainkan ruang sakral yang melahirkan identitas dan pemimpin bagi masyarakat pesisir Ketapang.
Dalam beberapa versi tutur, legenda ini disertai pantangan terhadap jenis ikan tertentu dan aturan berperilaku di sungai, misalnya tidak berkata kasar, tidak merusak, dan tidak mengambil hasil sungai secara berlebihan. Melalui rangkaian kisah tersebut, masyarakat diajak menghormati alam dan menjaga hubungan seimbang dengan lingkungan, sekaligus menanamkan nilai kesetiaan, kerendahan hati, dan ketaatan pada nasihat leluhur. Cerita ini kerap diceritakan kembali dalam keluarga, kegiatan sekolah, maupun acara budaya, sehingga berfungsi sebagai jembatan antara sejarah kerajaan, identitas Melayu Ketapang, dan pendidikan karakter bagi generasi muda.
Dalam beberapa versi tutur, legenda ini disertai pantangan terhadap jenis ikan tertentu dan aturan berperilaku di sungai, misalnya tidak berkata kasar, tidak merusak, dan tidak mengambil hasil sungai secara berlebihan. Melalui rangkaian kisah tersebut, masyarakat diajak menghormati alam dan menjaga hubungan seimbang dengan lingkungan, sekaligus menanamkan nilai kesetiaan, kerendahan hati, dan ketaatan pada nasihat leluhur. Cerita ini kerap diceritakan kembali dalam keluarga, kegiatan sekolah, maupun acara budaya, sehingga berfungsi sebagai jembatan antara sejarah kerajaan, identitas Melayu Ketapang, dan pendidikan karakter bagi generasi muda.