Cerita
Nyapat Taun adalah gawai adat tahunan masyarakat Dayak di Simpang Hulu dan sekitarnya yang dimaknai sebagai penanda berakhirnya satu tahun perladangan dan dimulainya tahun perladangan yang baru. Gawai ini diawali dengan rangkaian adat seperti ngalu (penyambutan tamu kehormatan secara adat) dan makan beradat di rumah adat Batang Raya atau rumah adat utama desa, sebagai simbol penghormatan, kebersamaan, dan pengukuhan identitas komunitas. Inti ritual di Simpang Hulu biasanya berupa Nyimak Jurokng, yaitu prosesi memasukkan benih padi ke dalam lumbung (jurongk) di halaman kantor camat atau di rumah adat sebagai tanda syukur atas hasil panen dan doa memohon berkah untuk musim tanam berikutnya. Di beberapa desa Dayak lain di Ketapang, Nyapat Taun juga dirangkai dengan doa bersama, persembahan adat, dan pengucapan syukur kepada Tuhan atas keselamatan kampung, panen padi, serta terhindarnya desa dari bencana.
Sesudah ritual inti, Gawai Nyapat Taun dilanjutkan dengan pesta budaya yang meriah, menampilkan karnaval budaya, lomba lagu Dayak, lomba menumbuk padi, menyumpit, tari kreasi Dayak, dan permainan tradisional seperti Concong Berambeh. Kegiatan ini bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga ruang pewarisan nilai gotong royong, kekompakan, dan kebanggaan identitas Dayak kepada generasi muda, karena seluruh elemen masyarakat—tokoh adat, pemerintah kecamatan, pemuda, hingga sanggar seni—turut terlibat dalam persiapan dan pelaksanaannya. Di tingkat kebijakan, Gawai Nyapat Taun telah ditetapkan sebagai agenda daerah Kabupaten Ketapang yang didorong untuk terus dikembangkan sebagai ajang pelestarian tradisi, seni, dan budaya Dayak Simpang Hulu, sekaligus potensi daya tarik wisata budaya berbasis kearifan lokal perladangan dan lumbung padi
Sesudah ritual inti, Gawai Nyapat Taun dilanjutkan dengan pesta budaya yang meriah, menampilkan karnaval budaya, lomba lagu Dayak, lomba menumbuk padi, menyumpit, tari kreasi Dayak, dan permainan tradisional seperti Concong Berambeh. Kegiatan ini bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga ruang pewarisan nilai gotong royong, kekompakan, dan kebanggaan identitas Dayak kepada generasi muda, karena seluruh elemen masyarakat—tokoh adat, pemerintah kecamatan, pemuda, hingga sanggar seni—turut terlibat dalam persiapan dan pelaksanaannya. Di tingkat kebijakan, Gawai Nyapat Taun telah ditetapkan sebagai agenda daerah Kabupaten Ketapang yang didorong untuk terus dikembangkan sebagai ajang pelestarian tradisi, seni, dan budaya Dayak Simpang Hulu, sekaligus potensi daya tarik wisata budaya berbasis kearifan lokal perladangan dan lumbung padi